Selasa, 19 Agustus 2008

Mengeja Langit California I

Goresan pertamaku semenjak diri ini berlabuh di Amerika. Bukan sebuah tempat megah yang bisa mewakili gambaran umum orang Indonesia terhadap kehidupan mewah orang Amerika. Hanya terdampar di sebuah gurun dengan tumbuhan liar yang menghiasi sudut-sudut jalanan sepi. Hidup seakan sendiri ditemani Mrs Graciela(i call her mom), seorang yang tak lebih dari sosok luar biasa, direktur sebuah sosial company yang tergeletak di bawah bukit. Hari ini sudah sekitar 1 minggu lebihnya dari terakhir kali ku mengenyam kehidupan di negeri tercinta. Lembaran ketiga dari hari-hari baruku di sekolah. Apple Valley High School, dengan ribuan siswa dan kelas-kelas yang terbentang di bawah panasnya matahari California. Hari-hari pertamaku di Negeri Paman Sam ini kulewati di Washington D.C untuk sebuah orientasi dan perjamuan singkat. Bergerak bersama teman-teman "senasib" dari negara lain membuatku berpikir akan hebatnya arti dari sebuah perbedaan. Masih fresh memori pendek dengan orang-orang luar biasa disana. Tidur di balik sebuah pintu bertuliskan 4183 bersama kawan Indonesiaku, Bara, dan dua bule dari negeri seberang. Ada Ankush Ajay, seorang India, dan Big Papa, Basim Dawood, yang membawa bendera Negara Mesir. Membuka lagi kenangan itu membuatku mulai takjub akan apa yang telah kutapaki sejauh ini. Mendayung rakit perdamaian bersama kawan seperjuangan dari Turki, Mesir, India, Filipina, Thailand, Arab, Kenya, Ghana, dan Bumi Pertiwi Indonesia tentunya.
Sekitar kurang lebih 300 manusia terpilih dengan sebentang budaya dan hal-hal berbeda yang tertanam di diri mereka masing-masing, bersatu disini melewati serangkaian acara dan 3 hari dengan sensasi berbeda. Ternyata tak salah kalau seharusnya perbedaan itu adalah sebuah hal yang menarik untuk ditelaah. Berjumpa dengan orang-orang dengan bahasa berbeda mungkin, ada sebuah greget dan keasyikan disana tuk mencoba berucap suatu kata dengan bahasa yang lain. Ada istilah "akuaaba" tuk suatu ucapan hello dari negeri Ghana, sama dengan "merhaba" dari turki. Atau mungkin "kamustakana.." tuk bertanya apa kabar dari tagalog orang Filipina. Simpel namun menarik tuk dilakukan. Sempat kami kontingen Indonesia bertatap muka dengan Duta Besar Indonesia untuk Amerika di sebuah tempat tepat di depan hotel dengan nama kelas satu, Hotel Hilton. Dijamu dengan nuansa penuh kemewahan dan hidangan ala Indonesia yang mungkin tak akan pernah kita dapatkan lagi tuk sebuah waktu yang lama.

2 komentar:

Mas Waskito mengatakan...

aku tak mengerti kenapa mulutku selalu tertarik ke kanan dan ke kiri saat membaca tulisanmu....dan keluarlah bunyi "hahahahahaha"

Bcanda2 pip.....hehe

Unknown mengatakan...

terlalu puitis brow..

rada pusing gw..

oia visit my blog:
anugerah-andi.blogspot.com